Selasa, 21 Juni 2022

Pepeling Wejangan Orang Tua Kepada Anak-Anaknya

Sega kenduri

Ngger, anakku aku dak kondho

Coba di rungu lan di rasa

Delengen sega kenduri iki

Biyen dadi pangan kang siji

Nalika bapak isih bocah

Sega iki tansah di rayah

Merga jaman larang upa

Ora saben dina muluk sega

Beda karo saiki

Sega kenduri ra di ajeni

Mangka sega iki mberkahi

Di wenehi kanti ikhlasing ati

Mula ya ngger ….

Sega iki ojo di enggo dolanan

Yen pancen gelem ayo di pangan

Dene yen gemang pasrahma liyan Kareben sega iki di pangan.

terjemah:

Sega Kenduri

Ya, anakku aku akan bercerita (nasehat)

Cobalah untuk didengar dan pula dirasakan

Lihatlah nasi kenduri (berkat) ini

Dulu adalah makanan yang satu (istimewa)

Ketika Bapak masih kecil

Nasi Ini selalu ditunggu bersama

Karena jaman itu sulit/mahal pangan

Tidak setiap hari memperoleh makanan (enak)

Berbeda di jaman sekarang ini

Nasi kenduri jarang dihargai (cuek)

Padahal nasi ini suatu berkah

Diberikan dengan ketulusan/ikhlas hati

Maka, ya (anakku)….

Nasi ini jangan buat mainan

Jika memang benar mau ayo dimakan

Namun jikalau tidak, berikan kepada (orang) lain

Supaya nasi (kenduri) ini dimakan (bermanfaat).

kula: #larenggunung  1974


https://partasentanu.blogspot.com/
https://www.youtube.com/results?search_query=Kakang+Serayu+Pinuju+2019



Senin, 20 Juni 2022

Pepatah Jawa Atau Peribahasa Jawa

 Peribahasa Jawa

> Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).

> Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

> Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)

> Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

> Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

> Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

> Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

> Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

> Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

> Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

> Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok kuat).

> Alon-alon waton klakon
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang hati-hati, Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang hati-hati.

> Nrimo ing pandum
Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.

> Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
Hanya orang yang ingat kepada Allah (disini saja juga tidak cukup) dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.

Mangan ora mangan sing penting ngumpul
Makan tidak makan yang penting kumpul'. Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera.'Mangan ora mangan' melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo. 'Sing penting ngumpul' melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.
Saya pikir Filosofi 'Mangan ora mangan sing penting kumpul' adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.

> Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.
Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. mudah bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.

> Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

> Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

> Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

> Sukeng tyas yen den hita (suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran)

> Jer basuki mawa beya (keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)

> Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi (nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya)

> Ajining sarira dumunung ing busana (nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya)

> Amemangun karyenak tyasing sesama (membuat enaknya perasaan orang lain)

> Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi (Gejolak jiwa tidak bisa merubah kepatian)

> Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa (Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)

> Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (kemarahan dan kebencian akan terhapus/hilang oleh sikap lemah lembut)

> Tan ngendhak gunaning janma (tidak merendahkan kepandaian manusia)

> Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe (sopo sing wus biso nemo’ake sedulur batine kakang kawah adi ari2 papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine )

> Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru (sudah sakti tanpa ‘pegangan’/maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan-dan sudah hebat tanpa berguru. )

Mikul dhuwur mendhem jero: sebenarnya memiliki makna sangat dalam, yakni menjunjung tinggi derajat dan harkat martabat orang tua Peribahasa tersebut mengajarkan kita agar mampu menjunjung tinggi derajat dan harkat martabat orang tua.






Indahnya Kebersamaan, Solidaritas, Kekeluargaan.

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya memerlukan orang lain. Semakin banyak dan semakin sering interaksi seseorang dengan orang lain itu juga memupuk nilai-nilai tersendiri. Seringkali kita dengar mengenai kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan. Namun apa sebenarnya arti dari ketiga hal tersebut?

Kebersamaan

Dalam keadaan bersama, belum tentu ada rasa kebersamaan. Namun rasa kebersamaan itu dapat muncul dan diawali dari keadaan bersama. Rasa kebersamaan tersebut akan muncul ketika kita bersama-sama dalam suatu kondisi, dalam kegiatan yang sama, menanggung beban yang sama. Tentunya dalam periode tertentu, rasa kebersamaan ini dapat disudahi, tentunya saat keadaan sudah menuntut untuk tidak bersama lagi. Meskipun tiap kebersamaan akan berakhir, namun kebersamaan itu indah untuk dijalani dan akan indah pula kenangannya saat diingat.

Solidaritas

Beranjak dari rasa kebersamaan, kini mengenai solidaritas. Berdasarkan definisi dari KBBI, dijelaskan bahwa solidaritas itu sendiri merupakan sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan. Menurut pendapat beberapa orang, solidaritas berarti rasa kebersamaan, rasa kesatuan kepentingan, sebagai salah satu individu dari sebuah ikatan yang mengikat sekelompok individu tersebut, baik ikatan organisasi maupun yang sejenisnya. Dapat dikatakan bahwa ungkapan solidaritas ini merupakan dampak dari rasa kebersamaan itu sendiri, misal berada dalam suatu kondisi, tujuan dan beban yang ditanggung bersama dan dalam waktu yang cukup lama pula. Maka akan timbul perasaan solidaritas, sudah saling satu antar individu dalam perkumpulan tersebut.

Kekeluargaan

Kekeluargaan merupakan hal penting yang banyak diterapkan di berbagai tempat, aspek, organisasi dan sebagainya. Kekeluargaan merupakan satuan mendasar dari kekerabatan. Rasa kekeluargaan tidak hanya ada pada kelompok dengan hubungan darah. Apabila suatu perkumpulan masyarakat memiliki rasa solidaritas yang cukup tinggi dan terus dipupuk, maka akan muncul istilah rasa kekeluargaan. Satu keluarga saling memahami dan mengenal anggota keluarganya, merasa terikat dengannya, sehingga hal apapun yang terjadi dengan salah satu anggotanya berarti mengusik satu kesatuan keluarga itu. Karena keluarga berarti tidak ada yang ditinggalkan atau dilupakan.

Berharap dari tulisan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa dengan diawali rasa kebersamaan, maka timbul akan rasa solidaritas yang dalam jangka waktu tertentu sehingga menimbulkan rasa kekeluargaan hubungan yang lebih erat ... semoga ...

Tim: #ambalatgp

Abhinaya - Ekspresi
Abhipraya - Harapan 
Abhirama - Senang































































Geguritan Kangen

Nambani Ati Kangen Nalika Sepi Pasuryanmu sing bening Tumiba ing banyu mili turut pletheking surya Saya suwe tansaya adoh Ninggalake sepi Ta...